RSS

Bismillah, Kami ke Gaza

Mavi Marmara kapal utama kafilah Freedom Flotilla to Gaza berpenumpang 750 aktivis kemanusiaan anggota parlemen dari 12 negara wartawan bersama 8 kapal lain akan menembus blokade Israel menuju Gaza membawa bantuan kemanusiaan.



Dua belas orang anggota delegasi Indonesia dalam kafilah kapal kemanusiaan Freedom Flotilla (Armada Kebebasan) dijadualkan menaiki kapal Mavi Marmara sore ini jam 5 (jam 9 malam WIB) dari pelabuhan Antalya, di Laut Tengah, Turki. Keduabelas orang ini bergabung dengan sekitar 750 orang aktivis kemanusiaan, lebih 50 negara.



Tujuan perjalanan ini adalah menembus pengepungan angkatan laut Israel demi mengantarkan bantuan kemanusiaan ke Gaza, kawasan Palestina yang sudah hampir 4 tahun terakhir ini diembargo baik secara militer, politik, dan ekonomi oleh Israel, Amerika Serikat, Mesir dan lain-lain. Embargo itu dikarenakan rakyat Gaza memilih untuk tidak tunduk pada kebijakan penjajah Israel dan menginginkan kemerdekaan sepenuhnya bagi seluruh rakyat dan tanah Palestina yang sejak 63 tahun lalu dijajah Israel.



Kafilah Freedom Flotilla yang terdiri dari 9 kapal yang digerakkan oleh 6 organisasi non-pemerintah dari Turki, Inggris, Swedia, Yunani, Aljazair dan Malaysia.



Di bawah kordinasi IHH (Insani Yardim Fakvi, organisasi kemanusiaan terbesar di Turki), delegasi Indonesia yang sejak Kamis pekan lalu berdatangan ke Istanbul, kini sepenuhnya siap berangkat ke Gaza.



“Dengan membersihkan hati dan meluruskan niat, hanya untuk mencari ridha Allah, BismillahirRahmaanirRahiim… kami berdua belas mewakili 220 juta rakyat Indonesia, ikut dalam kafilah ini membantu saudara-saudara kita di Gaza yang sedang dizalimi sekaligus menyatakan ‘tidak’ kepada kebiadaban penjajahan Israel selama 63 tahun terakhir ini,” demikian dikatakan Ferry Nur, ketua delegasi Indonesia yang juga Ketua Umum KISPA (Komite Indonesia untuk Solidaritas Palestina).



Kafilah Freedom Flotilla memutuskan tetap berangkat sesudah 2 hari tertunda karena menunggu kedatangan kapal dari Inggris yang terlambat. Rencananya 4 kapal dari Inggris, 1 kapal dari Yunani, 1 kapal dari Swedia, dan 3 kapal dari Turki tengah malam ini akan bergabung di perairan Cyprus untuk selanjutnya masuk ke perairan Gaza.



Fahmi Bulent Yildirim, Presiden IHH, menyatakan bahwa kafilah Freedom Flotilla akan berlayar dari perairan internasional langsung ke perairan Gaza yang jauhnya lebih 80 mil dari perairan yang dikuasai Israel. “Jadi sebenarnya tidak ada alasan bagi Israel untuk menghalangi masuknya kapal-kapal ini ke Gaza,” tegas Bulent.



Namun begitu, baik pemerintah Israel maupun kelompok-kelompok masyarakatnya, telah berkali-kali menyatakan akan menghalangi kedatangan kapal-kapal ini dengan berbagai cara. Mulai dari ancaman serangan militer, demonstrasi dengan 16 kapal, maupun dengan menyiapkan bangunan dengan kapasitas 1000 orang yang akan dipakai untuk memenjarakan seluruh anggota kafilah Freedom Flotilla.



Sejak akhir pekan lalu, 3 buah kamera sudah terus menerus menyiarkan secara langsung (live) segala hal yang terjadi di kapal Mavi Marmara, kapal utama kafilah ini, yang disiarkan lewat TURKSAT 3A dengan downlink frequency 11,154, symbol rate 2222, polarization: horizontal, FEC: 5/6. Gambar-gambar itu disiarkan 24 jam sehari secara streaming maupun live di situs www.ihh.org.tr



Delegasi Indonesia bersepakat untuk berjanji setia dengan kepemimpinan kafilah di bawah Fahmi Bulent Yildirim, pria Muslim keturunan Kurdi, negeri asal Panglima Shalahuddin Al-Ayyubi yang membebaskan kota Al-Quds dari penjajah.



Delegasi Indonesia terdiri dari tiga lembaga swadaya masyarakat KISPA, MER-C (Medical Emergency Rescue Committee), dan Sahabat Al-Aqsa, serta 5 orang wartawan dari Aljazeera Indonesia, TV-One, Hidayatullah.com, Majalah Alia, dan Sahabat Al-Aqsha.



Perkembangan perjalanan kafilah Freedom Flotilla dan delegasi Indonesia juga bisa dipantau lewat situs-situs:



www.kispa.org



www.mer-c.org



www.hidayatullah.com



www.sahabatalaqsha.com



Contact person:



Dzikrullah +905-398449845



Santi Soekanto +905-426952700



(dadang@hidayatullah.com)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Keagungan Wanita dalam Naungan Islam…

Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf







keagungan wanita dalam naungan Islam Ditengah gencarnya arus dan gelombang persamaan gender serta emansipasi wanita, terutama pada bulan ini yang mereka mengenangnya sebagai sebuah sejarah perjuangan wanita . Tanggal 21 April dikenanglah nama Seorang RA Kartini dengan kumpulan suratnya : “Door Duisternis Tot Licht” yang terlanjur diterjemahkan oleh seorang sastrawan kafir Armin Pane dengan judul “Habis gelap terbitlah terang”, yang nama ini semua dijadikan sebuah simbol perjuangan wanita untuk memperjuangkan hak–hak mereka yang terdholimi.



Namun yang menjadikan kita harus mengurut dada, adalah lontaran dan celotehan kotor dari sebagian orang yang mengatakan bahwa agama slam tidak menghormati wanita, dan beberapa hukum islam mendlolimi wanita ? Fasubhanalloh, tahukah mereka hakekat yang mereka ucapkan, ataukah ini hanya membeo pada ucapan orang-orang kafr barat yang memang sangat gencar menyerang islan dengan berusaha memburukanya citra dan keagungannya.



Perhatikanlah wahai saudaraku , islam datang untuk membawa rohmat bagi seluruh alam, sebagamana firman Nya :



وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ



“Dan tidaklah kami mengutusmu kecuali sebagai rohmat bagi seluruh alam.”



(QS. Al Anbiya’ : 107)



Wanita adalah bagian utama dalam kehidupan dialam semesta, tidak akan baik sebuah kehiduan tanpa pengagungan dan penghormatan kepada mereka, lalu akankah islam mendloliminya ? Tidak wallohi tidak.



Dari sini marilah kita telusuri bagaimana sebenarnya islam memperlakukan kaum hawa, baik saat menjadi apapun dia, baik saat masih sebagai seorang anak, menjadi ibu, menjadi saudara wanita, menjadi bibi atau lainnya.



Mudah-mudahan Alloh memberikan taufiq Nya dan menghilangkan syubuhat kotor yang terpolusi oleh hitamnya isu persamaan gender dan emansipasi.



A. Saat Menjadi Anak



Pada zaman Jahiliyyah, menjadi anak wanita benar-benar terhina, orang tua mereka tidak senang dengan kehadirannya bahkan mereka tega membunuhnya dengan menguburnya hidup hidup. Perhatikanlah gambaran qur’ani berikut :



وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُمْ بِالْأُنْثَى ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَدًّا وَهُوَ كَظِيمٌ (58) يَتَوَارَى مِنَ الْقَوْمِ مِنْ سُوءِ مَا بُشِّرَ بِهِ أَيُمْسِكُهُ عَلَى هُونٍ أَمْ يَدُسُّهُ فِي التُّرَابِ أَلَا سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ



“Dan apabila seseorang dari mereka diberi khabar dengan kelahiran anak perempuannya, hitamlah mukanya dan dia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan burknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menangung kehinaan ataukah menguburkannya ke dalam tanah hidup-hidup ? ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu.



(QS. An Nahl: 58, 59)



Al Hafidl Ibnu Hajar menyebutkan bahwa orang-orang jahiliyyah saat mengubur hidup-hidup anak wanitanya, mereka menggunakan dua cara :



* Pertama : Dia memerinthakan istrinya apabila akan melahirkan supaya berada di dekat sebuah kubangan, lalu apabila yang lahir adalah laki-laki maka dia membiarkanya, namun apabila perempuan maka segera dilempar ke kubangan tersebut.



* Kedua : Ada sebagian lain, yang membiarkan anak wanitanya hidup sampai sekitar umur enam tahun, lalu saat itu dia berkata kepada istrinya : “Hiasilah dan berilah wewangian pada anak ini, saya akan ajak dia mengunjungi kerabat kita”. Ternyata anak tersebut di bawa ke tangah padang pasir sehingga sampai ke sebuah sumur, lau dia berkata kepada anak wanita tersebut : Lihatlah kedalam sumur ini.” Dan akhirnya dia mendorong anaknya sehingga jatuh kedalamnya. (Lihat Fathul Bari 10/421)



Namun hal itu sangat berbeda dengan islam yang menganggap bahwa kelahiran seorang anak wanita adalah sebuah kenikmatan agung, dan islam memerintahkan untuk memperhatikan serta mendidik mereka, dan islam memberikan balasan besar bagi yang melakukannya.



Rosululloh bersabda :



عن عقبة بن عامر يقول سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول من كان له ثلاث بنات فصبر عليهن وأطعمهن وسقاهن وكساهن من جدته كن له حجابا من النار يوم القيامة



Dari Uqbah bin Amir berkata : “Saya mendengar Rosululloh bersabda : “Barang siapa yang mempunyai tiga orang anak wanita lalu sabar menghadapinya dan memberinya pakaian dari hasil usahanya, maka mereka akan menjadi penghalang baginya dari nereka.”



(HR. Ibnu Majah : 3669, Bukhori dalam adab Mufrod : 76 dan Ahmad 4/154 dengan sanad shohih, lihat Ash Shohihah : 294)



عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ عَالَ جَارِيَتَيْنِ حَتَّى تَبْلُغَا جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَنَا وَهُوَ وَضَمَّ أَصَابِعَهُ



Dari Anas bin Malik berkata : “Rosululloh bersabda : “Barang siapa yang memelihara dua anak wanita sehingga baligh, maka dia akan datang pada hari kiamat dan saat itu saya dan dia seperti ini.” Lalu Rosululloh menyatukan antara jari-jari beliau.”



(HR. Muslim : 2631)



Dan pada riwayat lain dari Jabir bin Abdillah, Rosululloh bersabda :



من كن له ثلاث بنات يؤويهن و يرحمهن و يكفلهن وجبت له الجنة البتة . قيل : يا رسول الله ! فإن كانت اثنتين ؟ قال : و إن كانت اثنتين . قال : فرأى بعض القوم أن لو قالوا له : واحدة ؟ لقال : واحدة “



“Barang siapa yang memiliki tiga anak wanita lalu memelihara, mengasih sayanginya dan menanggung hidupnya maka dia pasti masuk surga. Lalu ada yang bertanya : Ya Rosululloh , bagaimana kalau hanya dua ? beliau menjawab : Meskipun hanya dua. Maka ada sebagian orang yang mengatakan bahwa seandainya mereka bertanya : Bagamana kalau Cuma satu, niscaya Rosululloh akan menajawabnya : Meskipun Cuma satu.



(HR. Ahmad 3/303, lihat Ash Shohihah : 2679)



B. Saat Menjadi Ibu



Saat seorang wanita menjadi ibu, maka syariat islam benar-benar menghormati dan mengagungkannya. Hal ini sangat nampak sekali dengan wajibnya seorang anak berbakti pada ibunya, berbuat baik padanya, larangan menyakitinya dengan cara apapun, mendoakan kebaikan baginya serta berbagai hal lain yang membawa kebahagiaan serta kehormatan dirinya.



Salah satu gambarannya adalah firman Alloh Ta’ala :



وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا (23) وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا



“Dan Tuhanmu telah memerintahan supaya kamu jangan menyemba selain Diadan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau keduanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “Ah”dan janganlah kamu membentak keduanya dan ucapanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah : Ya Alloh, kasihilah mereka berdua, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.”



(QS. An Nahl : 23, 24)



bahkan islam lebih mendahulukan menghormati ibu daripada bapak. Sebagaimana hadits berikut :



عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي قَالَ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أَبُوكَ



Dari Abu Huroiroh berkata : “Datang seseorang kepada Rosululloh lalu bertanya : Wahai Rosululloh, siapa yang paling berhak untuk saya berbuat baik padanya ?



Rosululloh menjawab : Ibumu,



Dia bertanya lagi : Lalu siapa ?



Rosululloh menjawab : Ibumu,



dia bertanya lagi : Lalu siapa ?



Rosululloh kembali menjawab : Ibumu,



lalu dia bertanya lagi : Lalu siapa? Rosululloh menjawab : Bapakmu.”



(HR. Bukhori : 5971, Muslim : 2548)



Syariat islam juga menjadikan berbuat bakti kepada orang tua termasuk diantara amal perbuatan yang paling mulia. Dan ini sangat jelas tergambar dalam beberapa hadits Rosululloh , diantaranya :



عن عَبْدِ اللَّهِ قَالَ سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ قَالَ الصَّلَاةُ عَلَى وَقْتِهَا قَالَ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ ثُمَّ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ قَالَ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ



Dari Abdulloh bin Mas’ud berkata : ” Saya bertanya kepada Rosululloh : Apakah amal perbuatan yang paling dicintai oleh Alloh ? Rosululloh menjawab : Sholat tepat pada waktunya. Saya bertanya lagi : Lalu apa ? Beliau menjawab : Berbakti kepada kedua oang tua.” Lalu apa lagi : Jihad fisabilillah.”



(HR. Bukhori : 5970, Muslim : 85)



Islam juga menjadikan durhaka kepada keduanya termasuk dosa besar, sebagaimana sabda Rosululloh :



عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي بَكْرَةَ عَنْ أَبِيهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَلَا أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ ثَلَاثًا قَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الْإِشْرَاكُ بِاللَّهِ وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ وَجَلَسَ وَكَانَ مُتَّكِئًا فَقَالَ أَلَا وَقَوْلُ الزُّورِ قَالَ فَمَا زَالَ يُكَرِّرُهَا حَتَّى قُلْنَا لَيْتَهُ سَكَتَ



Dari Abdur Rohman bin Abu Bakroh dari bapaknya berkata : “Rosululloh bersabda : “Maukah kalian saya tunjukkan kepada perbuatan dosa yang paling besar ? Para sahabat mengatakan : Wahai Rosululloh, Beliau bersabda : “Berbuat syirik kepada Alloh, durhaka kepada kedua orang tua.” Dan saat itu duduk padahal sebelumnya bersandar : hati-hatilah kalian dengan sumpah palsu.” Rosululloh selalu mengulang-ulanginya sehingga kami mengatakan : Duh, seandainya beliau mau diam.



(HR. Bukhori : 5976, Muslim : 87)



C. Saat Menjadi Istri



Saat seorang wanita menjadi istri, maka syariat islam pun sangat memperhatikan hak-haknya serta sangat menghargai dan menghormatinya. Diperintahkan seorang suami untuk berbuat baik kepadanya, tidak menyakitinya, bersabar atas segala kekurangannya, berbuat baik kepada keluarganya, memberinya nafkah dengan cara yang baik, menjaga kehormatannya dan lain sebagainya.



Cukuplah itu semua masuk dalam perintah Alloh :



“Dan pergaulilah mereka (para istri) dengan cara yang baik.”



(QS. An Nisa’ : 19)



Dan perhatikanlah beberapa hadits berikut, niscaya engkau akan mengetahui bagaimana islam sangat menghormati seorang istri.



عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ وَاسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ فَإِنَّ الْمَرْأَةَ خُلِقَتْ مِنْ ضِلَعٍ وَإِنَّ أَعْوَجَ شَيْءٍ فِي الضِّلَعِ أَعْلَاهُ إِنْ ذَهَبْتَ تُقِيمُهُ كَسَرْتَهُ وَإِنْ تَرَكْتَهُ لَمْ يَزَلْ أَعْوَجَ اسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا



Dari Abu Huroiroh berkata : “ Rosululloh bersabda : “Berbuat baiklah kalian kepada istri, karena dia diciptakan dari tulang rusuk, dan tulang rusuk yang paling bengkok adalah yang paling atas, kalau engkau meluruskannya berarti engkau mematahkanya namun jika engkau biarkan maka dia akan selalu bengkok, oleh karena itu berbuat baiklah kalian kepada para istri.”



(HR. Bukhori : 3331, Muslim : 1468)



عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ خُلُقًا



Dari Abu Huroiroh berkata : “Rosululloh bersabda : “Orang mu’min yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya, sebaik-baik kalian yang paling baik terhadap istrinya.”



(HR. Ahmad 2/250, Abu Dawud : 4682, Tirmidzi : 1162 dengan sanad shohih)



عن جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّه قال : قال رسول الله : فَاتَّقُوا اللَّهَ فِي النِّسَاءِ فَإِنَّكُمْ أَخَذْتُمُوهُنَّ بِأَمَانِ اللَّهِ وَاسْتَحْلَلْتُمْ فُرُوجَهُنَّ بِكَلِمَةِ اللَّهِ وَلَكُمْ عَلَيْهِنَّ أَنْ لَا يُوطِئْنَ فُرُشَكُمْ أَحَدًا تَكْرَهُونَهُ فَإِنْ فَعَلْنَ ذَلِكَ فَاضْرِبُوهُنَّ ضَرْبًا غَيْرَ مُبَرِّحٍ وَلَهُنَّ عَلَيْكُمْ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ



Dari Jabir bin Abdillah bahwasannya Rosululloh bersabda saat khutbah haji wada’ : “Takutlah kalian kepada Alloh tentang urusan istri kalian, karena kalian mengambilnya dengan amanat dari Alloh, dan kalian halalkan farjinya dengan kalimat Alloh, maka hak kalian atas mereka adalah agar mereka kaum istri jangan mengizinkan orang yang kalian benci masuk rumah kalian, kalau sampai mereka melakukannya maka pukullah mereka dengan pukulan yang tidak menyakiti, sedangkan hak mereka atas kalian adalah kalian berikan nafkah serta pakaiannya dengan cara yang baik.”



(HR. Muslim : 1218)



عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَفْرَكْ مُؤْمِنٌ مُؤْمِنَةً إِنْ كَرِهَ مِنْهَا خُلُقًا رَضِيَ مِنْهَا آخَرَ



Dari Abu Huroiroh berkata : ” Rosululloh bersabda : “Janganlah seorang mukmin laki-laki membenci seorang wanita mu’minah, karena jika dia melihat ada akhlaknya yang tidak disenangi, niscaya dia akan menemukan akhlak lain yang dia senangi.”



(HR. Muslim : 1469)



D. Saat Sebagai Kerabat



Saat seorang wanita menjadi kerabat, baik sebagai saudara, bibi , keponakan maupun saudara sepupu, maka syariat Alloh dan Rosulnya pun tetap menghormati dan mengagungkannya.



Kaum muslimin diperintahkan untuk berbuat baik kepada mereka, di perintah untuk menyambung hubungan kekerabatan, menjaga hak-hak mereka serta lainnya.



Perhatikanlah beberapa nash berikut :



عن المقدام بن معد يكرب أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال إن الله يوصيكم بأمهاتكم ثلاثا إن الله يوصيكم بآبائكم إن الله يوصيكم بالأقرب فالأقرب .



Dari Miqdam bin Ma’dikarib bahwasannya Rosululloh bersabda : “Sesungguhnya Alloh berwasiat kepada kalian untuk berbuat baik kepada ibu-ibu kalian (tiga kali) , Sesungguhnya Alloh berwasiat kepada kalian untuk berbuat baik kepada bapak-bapak kalian, sesungguhnya Alloh berwasiat untuk berbuat baik dengan keluar yang terdekat kemudian yang dekatnya lagi.



(HR. Bukhori dalam Adab Mufrod : 60, Ibnu Majah : 3661 dengan sanad shohih, lihat Ash Shohihah : 1666)



عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الرَّحِمَ شَجْنَةٌ مِنْ الرَّحْمَنِ فَقَالَ اللَّهُ مَنْ وَصَلَكِ وَصَلْتُهُ وَمَنْ قَطَعَكِ قَطَعْتُهُ



Dari Abu Huroiroh dari Rosululloh bersabda : “Sesungguhnya orang yang masih punya hubungan keluarga adalah kerabat erat dari Alloh, maka Alloh berfirman : Barang siapa yang menyambungmu maka Aku akan menyambungnya, dan barang siapa yang memutusmu maka Aku akan memutusnya.”



(HR. Bukhori : 5989, Muslim : 2555)



E. Saat Menjadi Orang Lain



Sampaipun saat seorang wanita hanya menjadi orang lain yang tidak memmpunyai hubungan kekeluargaan dengannya, maka islam masih sangat menghargai dan menghormatinya.



Sebagai sebuah gambaran mudah. Islam memerintahkan untuk memberikan bantuan saat ada seorang wanita yang membutuhkan, sebagaimana sabda Rosululloh :



السَّاعِي عَلَى الْأَرْمَلَةِ وَالْمِسْكِينِ كَالْمُجَاهِدِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَوْ الْقَائِمِ اللَّيْلَ الصَّائِمِ النَّهَارَ



“Orang yang berusaha membantu para janda dan orang miskin maka dia berada dijalan Alloh atau seperti orang yang sholat malam dan puasa siang hari.”



(HR. Bukhori : 6007, Muslim : 2982)



Penutup



Inilah sekelumit dari samudra keagungan wanita dalam naungan syariat islam, lalu setelah ini semua, masihkah ada orang yang berani untuk mengatakan bahwa islam mendholimi wanita dan tidak memberikan hak-hak mereka ? Mudah-mudahan Alloh tidak menjadikan kita sebagai orang yang buta hati dan akal. Wallohu a’lam

www.ahmadsabiq.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Tipu Allah kerana nak qasar solat

Ahmad Baei Jaafar



Solat jamak dan qasar merupakan kelonggaran yang diberikan oleh Allah khusus untuk umat-Nya yang bermusafir. Solat empat rakaat boleh dipendekkan menjadi dua rakaat dan dua waktu solat boleh dilakukan dalam satu waktu. Kelonggaran ini bagi memudahkan orang yang musafir bergerak lancar ke destinasi tanpa berhenti sebanyak lima kali untuk solat.



Tetapi terdapat dalam kalangan umat Islam yang menyalahgunakan kelonggaran itu semata-mata untuk membolehkan mereka solat jamak dan qasar. Padahal syarat untuk membolehkan dia berbuat begitu belum cukup. Musafir yang dirancang tidak menepati kehendak syariat.



Apakah syarat musafir?

1. Ada destinasi yang ditetapkan.

2. Destinasi itu jauh melebihi dua marhalah iaitu lebih kurang 89 kilometer

3. Musafir itu untuk tujuan yang diharuskan.



Berdasarkan syarat tersebut bolehlah diandaikan seperti berikut, saya tinggal di Bandar Baru Bangi ingin ke Kuala Pilah untuk menziarahi keluarga. Okey, destinasi yang ditetapkan ialah Kuala Pilah. Jauh destinasi itu dari Bandar Baru Bangi ialah 91 kilometer. Dan tujuan ke Kuala Pilah adalah untuk ziarah keluarga.



Jelas di sini, ketiga-tiga syarat di atas telah dipenuhi. Oleh sebab itu, saya boleh melakukan solat qasar dan jamak dalam tempoh perjalanan itu pergi dan balik. Walau bagaimanapun kalau tujuan musafir itu untuk merompak atau untuk menyaksi pertandingan bola sepak yang di dalamnya ada perkara yang diharamkan maka tidaklah harus solat jamak dan qasar.



Dalam andaian lain, saya ingin ke Kuala Lumpur tetapi saya tidak melalui jalan biasa sebaliknya saya bergerak dari Bandar Baru Bangi menuju ke Banting, seterusnya ke Kelang, Sungai Buloh dan dari situ baru sampai ke Kuala Lumpur. Tujuan ke Kuala Lumpur adalah untuk bertemu kawan seperjuangan namun tujuan saya memilih jalan yang jauh itu adalah untuk membolehkan solat jamak dan qasar.



Melihat kepada destinasi itu, tentulah tidak melayakkan saya melakukan qasar dan jamak kerana jarak perjalanan hanya 40 kilometer. Tetapi dengan perjalanan seperti di atas, jarak ke Kuala Lumpur sudah menjadi jauh, melabihi 89 kilometer. Persoalannya bolehkah dilakukan solat jamak dan qasar dalam keadaan itu?



Tujuan perjalanan jauh itu adalah fasid, perjalanan ke tempat di atas bukan dengan tujuan yang diharuskan. Perjalanan jauh itu hanya untuk membolehkah sah solat jamak dan qasar adalah tidak syar’i. Mereka yang bertindak seperti ini hakikat mahu menipu Allah. Mereka beranggapan Allah tidak tahu niat jahat mereka.



Umat Islam yang beriman dan bertakwa tidak seharusnya menipu Allah seperti itu. Sebaliknya mematuhi peraturan yang ditetapkan dalam soal ibadah. Ingatlah ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah, maka perbanyakkan ibadah, dan jauhi dosa.



Oleh sebab itu mereka harus menghentikan musafir seperti itu dan kembalikan kepada Allah dengan melakukan solat lima waktu dengan sempurna. Tunaikan solat Jumaat seperti orang lain kerana khutbahnya boleh memberi ilmu kepada kita

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Bila Maksiat Diremehkan Umat Islam

AHMAD BAEI JAAFAR




Bila menyebut maksiat terlintas dalam kotak pemikiran kita, kes khalwat dan zina. Lalu orang akan kutuk pasangan yang berkhalwat atau berzina dengan pelbagai label. Satu kampung rasa terhina jika berlaku maksiat itu dalam kawasan kampung atau perumahan mereka.

Benarkah golongan itu sahaja yang melakukan maksiat atau ada lagi maksiat lain yang lebih besar dari khalwat dan zina itu? Untuk mencari jawapan itu cuba kita hayati maksud hadis berikut:

“Tiada ketaatan kepada manusia pada perkara yang menderhaka Allah,“

Hadis ini merujuk kepada perintah mentaati pemimpin yang jika pemimpin itu memerintahkan orang bawahannya supaya melakukan sesuatu yang menderhaka akan Allah, maka perintah itu boleh diabaikan. Persoalan sekarang apakah bentuk perintah yang tidak perlu ditaati?

Dalam teks hadis itu Rasulullah menyebut perkataan “fi maksiatillah” yang bererti pada perkara maksiat kepada Allah. Dalam bahasa mudah kita terjemahkan sebagai "menderhaka akan Allah S.W.T." Jadi, maksiat dalam konteks ayat ini bererti derhaka. Jelasnya maksiat tidaklah harus disempitkan kepada khalwat dan zina sahaja.

Maksiat Dalam Islam

Sebenarnya maksiat atau derhaka dalam Islam terlalu luas mencakup soal syirik kepada Allah dam juga tidak mentaati perintah Allah apatah lagi membuat larangan Allah S.W.T. Berdasarkan itu, perbuatan tidak melaksanakan perintah Allah atau melanggar larangan Allah S.W.T. dikira sebagai melakukan maksiat atau derhaka.

Apakah perbuatan melanggar perintah Allah? Allah perintahkan solat, jika kita tidak melakukan solat bererti kita telah melanggar perintahnya. Itulah maksiat. Begitu juga Allah perintahkan puasa, jika kita tidak mahu berpuasa, kita telah melakukan maksiat. Allah juga menyuruh kita mengeluarkan zakat, jika kita tidak mahu mengeluarkannya bererti kita telah melakukan maksiat. Soalnya mengapa maksiat ini tidak diberi perhatian serius,

Ada pihak yang menyalahkan pemerintah kerana telah mengkategorikan maksiat kepada juzuk yang kecil. Katanya dalam enakmen undang-undang keluarga Islam hanya memperuntukkan bentuk maksiat tertentu sahaja maka itulah yang boleh diambil tindakan.

Alasan yang diberikan itu cukup lemah kerana dalam Perlembagaan Persekutuan telah memberi ruang yang cukup kepada kerajaan negeri membuat peruntukan yang luas mengenai maksiat itu. Malah pada Perkara 11 Perlembagaan memberi kebebasan umat Islam beramal dengan ajaran Islam dan pada masa yang sama memberi hak mengawal ajaran salah dan perkara yang bercanggah dengan syariat.

Dalam undang-undang keluarga Islam sudah ada peruntukan tentang kesalahan melakukan syirik, menyebar ajaran sesat, dan banyak lagi. Terdapat juga peruntukan yang membolehkan menghukum orang yang meninggalkan sembahyang dan puasa. Begitu juga dengan perbuatan yang tidak bersopan, boleh diambil tindakan melalui enakmen itu. Tetapi mengapa semua itu seperti tidak diambil tindakan bagi memerangi maksiat.

Maksiat Dipandang Sebelah Mata

Walaupun peruntukan sudah ada tetapi untuk bertindak belum lagi terlaksana. Barangkali alasannya tenaga penguat kuasa tidak ramai maka cukuplah ditumpukan kepada persoalan khalwat dan zina. Tetapi benarkah penguat kuasa tidak cukup?

Memanglah, penguat kuasa untuk menangkap orang buat maksiat terlalu sedikit. Tetapi persoalan yang perlu difikirkan secara serius bukan tangkapannya tetapi mendidik manusia supaya tidak terjebak dengan maksiat. Untuk urusan itu tidak perlu penguat kuasa sebaliknya jabatan dakwah dan orang ramai boleh dimanfaatkan.

Dalam pemerintahan Rasulullah s.a.w. dan para Khulafa’ ar-Rasyidin, pendekatan mendidik mampu membasmi gejala maksiat. Rasulullah mendidik iman para Sahabat dan kemudian Sabahat itu pula mendidik anak-anak dan mereka yang tidak bersama Rasulullah.

Sebenarnya maksiat yang paling serius pada hari ini ialah syirik dan murtad. Tetapi semua pihak pandang sebelah mata meskipun isunya menjadi riuh rendah. Mengapa hal ini terjadi? Jawapan yang sering didengari ialah peruntukan tidak ada ataupun tidak begitu kuat untuk didakwa.

Sekali lagi ditegaskan di sini bahawa kerja kita bukan untuk menangkap dan menghukum mereka. Mereka perlu diselamatkan dengan usaha dakwah dan didikan pemulihan. Kerja ini tidak perlu undang-undang dan semua pihak perlu dilibatkan dalam usaha menyelamatkan mereka.

Begitu juga dalam soal kesalahan tidak melakukan sembahyang lima waktu dan Jumaat. Inilah maksiat yang berat malah boleh menjadi murtad jika meninggal sembahyang dengan sengaja. Tetapi siapa yang mahu menyelamatkan golongan yang melakukan maksiat itu?

Orang yang meninggalkan sembahyang termasuk Jumaat terlalu ramai pada masa ini, tetapi mereka terus bebas tanpa sebarang tindakan meskipun sudah ada peruntukan mengenainya. Siapa yang boleh menyedarkan mereka dari kemaksiatan itu?

Golongan pendakwah baik yang bertauliah mahupun yang tidak bertauliah tidak pernah mendekati golongan yang meninggalkan sembahyang. Lazimnya pendakwah akan masuk masjid dan program rasmi agama sedangkan golongan yang terjebak dalam maksiat di atas tidak menghadirinya. Mengapa pihak berkuasa agama tidak memikirkan pendekatan harmoni untuk mendekati mereka?

Satu lagi maksiat yang sering terlepas pandang ialah amalan mendedahkan aurat, bergaul bebas, dan berpelesiran di taman-taman bunga. Dalam hal ini syabas diucapkan kepada majlis perbandaran yang sesekali membuat tindakan pembersihan.

Tetapi sebagai umat Islam apakah peranan kita untuk menyelamatkan mereka dari terus melakukan maksiat. Alasan hak asasi manusia tidak boleh diguna bagi orang Islam kerana perbuatan mereka termasuk dalam kategori melakukan maksiat. Jadi, pendekatan serius daripada Jabatan Agama Islam dengan kerjasama AJK masjid, surau, persatuan penduduk perlu disegerakan.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

http://sayhabarmaz.blogspot.com/2010/04/hukuman-berat-membendung-gejala-buang.html


skip to main

skip to sidebar seha

...gLoRy aLL tHe wAy...



Thursday, April 15, 2010

Hukuman Berat Membendung Gejala Buang Bayi







“Rugilah mereka yang telah membunuh anak-anak mereka dengan kejahilan, tanpa pengetahuan dan mereka mengharamkan apa yang telah direzekikan dengan menipu tentang tuhan. Mereka telah sesat dan mereka tidak dapat petunjuk”



Seiring dengan arus pemodenan sains dan teknologi, Malaysia dengan bangganya bergerak pantas menuju ke alaf baru. Namun demikian, dewasa ini, kes pembuangan bayi dilihat semakin berleluasa dan menjadi-jadi.



Pembuangan bayi adalah salah satu jenayah berat dan ia terjadi akibat berlakunya kehamilan yang tidak diingini dan perhubungan seks rambang. Akibat rasa malu dan takut yang bakal ditanggung, mereka yang terjebak dalam kancah perzinaan akan mengambil tindakan di luar kotak pemikiran dengan membuang anak luar nikah tersebut.



Anak-anak remaja kini terutamanya remaja Melayu beragama Islam tidak mengenal dosa atau pahala. Malah, ada di antara mereka yang mempunyai pendidikan yang tinggi dan belajar di IPT. Semua yang dilakukan hanya untuk memuaskan nafsu tetapi tidak memikirkan apa yang dilakukan hanya mendatangkan dosa. Dari perbuatan dosa inilah yang melahirkan satu janin yang lahir bukan dari kehendak mereka tetapi dari nafsu serakah mereka yang mementingkan diri sendiri



Saban hari, terdapat banyak kes bertimbun-timbun tentang laporan pembuangan bayi. Misalnya, bayi-bayi yang bernasib malang ini dibuang tanpa perikemanusiaan dijumpai seperti di dalam tandas, di tepi longkang, timbunan sampah dan sebagainya.










Pada tahun 2000, mengikut statistik, yang dikeluarkan oleh Ibu Pejabat Polis di Bukit Aman didapati peningkatan pembuangan bayi sebanyak 83 kes berbanding 63 kes pada tahun lalu. Daripada jumlah tahun lalu, 79 kes membabitkan pembuangan bayi dan Selangor merupakan negeri yang mencatatkan angka yang tertinggi iaitu sebanyak 22 kes pada tahun 2000 dan ia meningkat kepada 24 kes pada tahun 2006.



Gejala pembuangan bayi merupakan kesalahan yang lebih kejam dari perbuatan haiwan. Sedangkan haiwan juga mempunyai perasaan kasih sayang terhadap anak sehingga sanggup mati demi anak.



Oleh hal demikian, hukuman berat adalah sememangnya perlu dilaksanakan agar dapat membendung gejala pembuangan bayi. Justeru, untuk membendung permasalahan seperti ini daripada terus berleluasa, maka jalan yang boleh melorongkan ke arah perlakuan zina ini perlu ditutup serapat-rapatnya. Hal ini dijelaskan oleh Allah di dalam firmannya, surah Al-Isra (17) ayat 32 yang bermaksud...



“Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan keji dan suatu jalan yang buruk”



Ayat ini secara jelas menyentuh mengenai zina dan umat Islam dilarang melakukan zina kerana kesannya dalam masyarakat, amat buruk. Kesannya bukan sahaja kepada individu yang membuat ‘pprojek’ terbabit, malah kepada masyarakat kerana ia memberi impak kepada keturunan, selain boleh mengundang kepada jenayah lain seperti membunuh.



Tindakan undang-undang yang lebih tegas harus diambil terhadap mereka yang terbabit dengan zina. Biasanya, pasangan suami isteri yang mempunyai ikatan sah tidak akan membuang bayi mereka. Tindakan membuang bayi ini adalah hasil hubungan pasangan yang tidak mempunyai ikatan perkahwinan sah.



Menurut undang-undang Malaysia, Persetubuhan luar nikah merupakan Akta Kesalahan Jenayah Syariah Wilayah-Wilayah Persekutuan 1997 di dalam Seksyen 23 manakala di Selangor pula di dalam Enakmen Jenayah Syariah (Selangor) 1995. Memandangkan, hukuman sedia ada kurang memberi kesedaran dan kesan yang sewajarnya kepada pelaku-pelaku ‘projek’, peruntukan undang-undang terhadap hukuman pesalah zina ini harus dipinda dan dikaji dengan memberikan hukuman yang lebih berat agar permasalahan seumpama ini dapat dibendung dari akar umbi bak kata pepatah ‘melentur buluh biarlah daripada rebungnya’ pepatah ini sangat memberi makna kerana peranan ibu bapa dalam membentuk anak-anak mereka dari kecil lagi sangat perlu di titik beratkan.



Masyarakat sekarang terutamanya remaja tidak mengendahkan segala bentuk hukuman yang bakal mereka hadapi sekiranya terbabit dengan jenayah syariah seperti melakukan zina. Oleh sebab itu mereka tidak gentar mengenai hukuman yang bakal dikenakan.



Menurut Presiden Persatuan Peguam Syarie Malaysia, Mohamad isa Abd Ralip, semua kesalahan di bawah undang-undang jenayah syariah mengenakan hukuman maksimum tiga tahun penjara atau denda sehingga RM5,000 atau enam sebatan, jika sabit kesalahan. Tambah beliau, sekiranya dapat dipinda, perkataan ‘atau’ itu sepatutnya ditukarkan kepada ‘dan’ supaya pesalah tidak mempunyai pilihan dan sentiasa beringat sebelum melakukan kesalahan.



Sewajarnya, Malaysia perlu mempraktikan hukuman yang setimpal kepada mereka yang bergelar ‘binatang’ ini adalah seperti hukuman hudud yang telah lama digunakan dalam sistem undang-undang Islam. Hukuman sebat dalam undang-undang hudud merupakan hukuman yang telah ditetapkan oleh Allah seperti yang tertera dalam kitab suci al Quran.



Firman Allah s.w.t bermaksud, “Perempuan yang berzina dan lelaki yang berzina, hendaklah kamu sebat tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali sebat. (Surah An-Nur : 2)”



Pelaksanaan hukuman berat seperti hukuman hudud ini adalah bertujuan supaya pelaku zina dan juga pembuang bayi patut menerima hukuman itu atau sesiapa yang melihatnya akan membenci perbuatan itu. Selain itu, hukuman hudud dapat membersihkan masyarakat dari tabiat yang keji. Pelaksanaan hukuman ini juga dapat mengamankan masyarakat dari bahaya dan ancaman penjenayah. Malah, yang paling utama agar dapat menjadi contoh dan teladan supaya maksiat dan gejala pembuangan bayi dapat diatasi.



Natijahnya, gejala pembuangan bayi akan memberi impak negatif kepada pembangunan negara. Peranan ibu bapa dilihat amat penting dalam membentuk masa depan generasi muda di negara ini. Oleh hal yang demikian, masyarakat dan pihak yang terlibat perlulah bekerjasama dalam membanteras gejala ini sehingga ke akar umbi.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

kebodohan umat Islam

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

keganasan Israel






Memang perasaan sedih dan marah melanda diri saya apabila melihat keadaan rakyat Palestin di wilayah Genting Gaza yang kini sedang dicerobohi tentera negara haram Israel itu. Jumlah angka kematian sudah meningkat kepada lebih daripada 400 orang! Ini sudah boleh ditakrifkan sebagai suatu genocide, pembunuhan etnik secara terancang. Sekiranya ini berlaku di Eropah atau Amerika Syarikat, dunia sudah mula mengambil tindakan terhadap dalang yang bertanggungjawab melakukannya. Tetapi sehingga kini, tiada sekatan ekonomi atau pemulauan Israel secara politik dilakukan oleh dunia, khususnya dunia Islam. Negara-negara Arab gagal bersatu untuk mengambil tindakan yang boleh memaksa Israel mengundurkan tentera mereka dari Genting Gaza.

Keganasan Israel yang menyebabkan kegawatan Gaza sekarang ini tidak boleh dimaafkan sama sekali. Hancurkan negara Israel dan haramkan ideologi Zionisme, itulah satu-satunya cara untuk mengembalikan keamanan kepada Timur Tengah!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Antara Ilusi atau Realiti






“Anta dah siap ke? Jom la ke kelas”, saya memanggil Munawwar untuk keluar bersama ke kelas.

Sebaik sahaja kami mahu melangkah keluar, pandangan kami terlekat ke kaca televisyen.

Pagi itu, Televisyen Israel (Yahudi) Channel 1 menyiarkan rancangan TV Pendidikan. Saya menonton suatu rancangan yang dirakam di sebuah nursery. Guru yang mengajar anak muridnya menyanyi dengan diiringi sebuah piano, menyanyikan lagu berikut:

“Makanan paling sedap daging orang Arab, minuman paling sedap darah orang Islam”

Ya, itulah yang saya baca pada subtitle rancangan tersebut.

Kanak-kanak semuda 3 dan 4 tahun, diajar menyanyikan lagu tersebut dengan penuh keceriaan dan kegembiraan.

Demi Allah, suara cikgu dan kanak-kanak itu masih segar di dalam ingatan saya, dan jika saya pandai melukis, saya masih mampu melakarkan di mana cikgu dan piano itu berada, dan bagaimana kanak-kanak itu mendendangkan “nasyid” mereka. Walaupun sudah tepat 10 tahun peristiwa itu berlaku (1996).


Sesungguhnya gambar-gambar di ATAS adalah ’surat cinta’ kanak-kanak Yahudi yang menjalani proses pembelajaran yang sama. Mereka melakar ‘mesej cinta’ itu pada peluru dan bom yang bakal dihantar kepada penpal mereka di seberang sempadan. Dari balik tembok, anak-anak Yahudi ini mengucapkan “salam” kepada rakan Palestin dan Lebanon mereka, moga dipanjangkan usia, bukan di dunia, tapi di alam kematian yang hitam.

Para ulama yang menyokong tindakan suicide bomber kebanyakannya membezakan di antara situasi Palestin dengan situasi bukan Palestin. Adalah tidak harus sama sekali pendekatan suicide bombing dilakukan di kawasan awam seperti di kota New York, London atau Istanbul.

Tetapi Palestin berbeza. Ia adalah medan perang dan di tengah-tengah medan perang tidak ada orang awam. Sama ada kamu sebahagian tentera Islam, atau tentera musuh. Maka jika Yahudi di Palestin tidak mahu diri mereka, kaum perempuan mereka, atau anak-anak mereka terbunuh, mereka mesti keluar dari medan perang. Bagi umat Islam di Palestin, sama ada mereka mati diletupkan dari jauh, atau lebih baik mereka mati meletupkan diri untuk meletupkan musuh. Itu sifirnya. Mungkin kita setuju atau mungkin tidak. Tetapi kita sukar untuk berkata banyak kerana mereka di Palestin itulah sebenarnya yang menderita dan tahu pahit getirnya hidup di medan tempur.

Mungkin sukar untuk dibayangkan hakikat kanak-kanak Yahudi sebagai sebahagian tentera mereka. Tetapi saya tidak lupa kepada program televisyen yang saya tonton, bahawa setiap anak Yahudi memang dididik seawal usia buaian untuk membesar menjadi Yahudi sejati. Sama ada kamu mahu menjadi doktor, jurutera, arkitek atau ‘Ustaz Rabai’, kamu adalah tentera Yahudi yang wajib mempertahankan bumi ‘Israel’ dari anjing Arab dan Islam!

Itulah semangat yang disuntik ke jiwa setiap Yahudi di bumi Palestin.

Anak kita bagaimana?

Menjawab soalan ini, saya teringat kepada apa yang telah diungkapkan oleh Abu al-Hasan Ali al-Nadawi di dalam bukunya Ila al-Islam Min Jadeed (Kembali Semula Kepada Islam). Di bawah tajuk “Antara Ilusi dan Realiti” (Bayna al-Soorah wa al-Haqiqah), al-Nadwi telah memberikan suatu analogi yang sangat baik untuk difikirkan bersama.

Al-Nadwi membayangkan bagaimana seorang pemimpin hebat yang telah mati, dikenang oleh pengikutnya dengan membina sebuah patung yang besar dan amat menyerupai rupa pemimpin itu semasa hayatnya. Tetapi pada suatu hari, seekor burung datang bertenggek di atas hidung “pemimpin”tersebut dan melepaskan najisnya. Patung yang besar dan gagah itu tidak mampu berbuat apa-apa terhadap burung yang kecil itu, walaupun di kaki patung itu terpahat nama seorang pemimpin yang semasa hidupnya digeruni kawan dan lawan.

Mengapakah keadaan itu boleh berlaku? Mengapakah pemimpin yang hebat itu terhina hanya oleh perilaku seekor burung yang kecil?

Al-Nadawi mengulas analogi ini dengan mengemukakan konsep ilusi versus realiti.

Patung itu walaupun besar, gagah dan hebat, malah mewakili peribadi seorang pemimpin yang agung semasa hidupnya, adalah hanya “seorang patung”. Ia hanya sebuah gambaran. Sebuah ilusi. Manakala burung tersebut, walaupun kecil dari segi saiznya, ia adalah burung yang hidup. Burung itu walaupun kecil, namun ia adalah realiti.

Sunnatullah telah menetapkan bahawa realiti sentiasa mengalahkan ilusi.

Beginilah perihalnya kita ketika berhadapan dengan musuh. Jika kita membaca al-Quran dan meneliti ayat-ayat tentang Nasrani, kita akan dapati bahawa orang-orang Kristian hari ini amat menepati watak mereka seperti yang digambarkan oleh al-Quran. Aqidah mereka yang mengelirukan, paderi mereka yang kuat makan duit, kebencian mereka terhadap orang-orang yang beriman dan sebagainya, semua keterangan teori al-Quran itu menepati realiti kaum Nasrani hari ini. Maka orang-orang Kristian hari ini adalah orang Kristian sejati. Mereka adalah realiti. Pertembungan kita terhadap mereka adalah pertembungan kita dengan sebuah realiti.

Jika kita membuka lembaran al-Quran dan mengkaji tentang Yahudi, maka kita akan dapati bahawa keterangan al-Quran tentang karakter Yahudi amat selaras. Kelakuan penakut mereka yang hanya membolehkan mereka menyerang di sebalik tembok, sifat takabbur, dendam kesumat terhadap orang-orang yang beriman, semuanya menepati realiti. Maka orang-orang Yahudi hari ini adalah orang Yahudi sejati. Pertembungan kita dengan Yahudi adalah pertembungan kita dengan sebuah realiti.

Namun, jika kita amati keterangan al-Quran tentang ciri-ciri orang Islam dan Mukmin, apakah hasil pengamatan kita itu?

Al-Quran menjelaskan bahawa orang-orang Mukmin itu bersaudara. Al-Quran juga menjelaskan bahawa orang Mukmin itu saling menjadi pembantu kepada Mukmin yang lain. Orang Mukmin bersatu padu berpegang dengan tali Allah, mereka tidak berpecah belah ketika mendirikan agama, mereka pengasih sesama mereka dan keras terhadap Kuffar dan pelbagai lagi senarai ciri Mukmin yang diterangkan oleh al-Quran.

Namun, perhatikanlah realiti umat Islam hari ini. Berapakah jarak di antara diri idaman mereka seperti yang digambarkan al-Quran, dengan diri sebenar mereka di dalam realiti kehidupan?

Berat untuk lidah kita mengungkapkannya, namun al-Nadawi turut sampai kepada kesimpulan yang sama. Umat Islam hari ini tidak seperti umat Islam yang digambarkan al-Quran. Kita ramai tetapi kita hanya sebuah ilusi, dan ilusi sentiasa dikalahkan oleh realiti!

Muslim ilusi berdepan dengan Kristian realiti.

Muslim ilusi berdepan dengan Yahudi realiti.

Realiti sentiasa mengalahkan ilusi.

Ramainya kita hanyalah sebuah ilusi. Hakikatnya kita sedikit, dan jumlah itu semakin sedikit apabila saudara-saudara kita berbondong-bondong murtad meninggalkan kita.

Kayanya kita hanyalah sebuah ilusi. Hakikatnya kita miskin. Kita miskin jiwa, miskin daya juang dan kemiskinan itu semakin miskin apabila saudara-saudara kita tidak mampu mengawal jual beli harta mereka sendiri yang selama ini mengkayakan musuh.

Cerdiknya kita hanyalah sebuah ilusi. Hakikatnya kita bodoh. Kita masih dibelenggu oleh persoalan-persoalan yang bodoh dan tidak langsung menghasilkan sebarang hasil. Kebodohan kita menjadi semakin bodoh apabila kita tenggelam dalam tajuk-tajuk debat sesama kita yang langsung tidak menggambarkan yang kita sedang berada di medan perang.

Bersatunya kita hanyalah sebuah ilusi. Hakikatnya kita berpecah. Hati-hati kita terlalu mudah untuk diungkaikan ikatannya hanya disebabkan oleh kuatnya dendam kesumat kita terhadap sesiapa sahaja yang tidak mengiyakan apa yang YA di sisi kita, dan menidakkan apa yang TIDAK di sisi kita. Penyakit hati kita sangat menjijikkan. Kita cekap mencari kelemahan orang lain, dan kita begitu berselera menjadikannya sebagai hidang ‘kari daging busuk’ santapan harian.

Ya, jika al-Quran yang menjadi pengukurnya, maka Yahudi di Palestin itu adalah realiti. Nasrani di Rumah Putih itu adalah realiti. Namun umat Islam yang mengelilingi Rumah Hitam di Masjidil Haram itu hanyalah ilusi. Dan ilusi akan terus dikalahkan oleh realiti.

Selagi kita tidak berusaha untuk membentuk diri menjadi Mukmin sejati, selagi itulah kita tidak akan diizinkan oleh Allah untuk melihat pembebasan Palestin dan Masjidil Aqsa. Bukankah Allah telah menjelaskan di dalam al-Quran:



“Jika kamu berbuat kebaikan, (maka faedah) kebaikan yang kamu lakukan adalah untuk diri kamu; dan jika kamu berbuat kejahatan, maka (kesannya yang buruk) berbalik kepada diri kamu juga. Oleh itu, apabila sampai masa janji (membalas perbuatan derhaka kamu) kali kedua, (Kami datangkan musuh-musuh kamu) untuk memuramkan muka kamu (dengan penghinaan dan keganasannya); dan untuk memasuki masjid (BaitulMaqdis) sebagaimana mereka telah memasukinya pada kali yang pertama; dan untuk menghancurkan apa sahaja yang mereka telah kuasai, dengan sehancur-hancurnya.” [Al-Israa' 17: 7]

Ya, janji Allah itu benar. Kesudahan isu Palestin adalah kemenangan yang akan berpihak kepada umat Islam. Namun kemenangan itu adalah kemenangan bersyarat. Allah mensyaratkan bahawa gerombolan kemenangan kita yang bakal masuk ke bumi Palestin mestilah sebagaimana kumpulan umat Islam masuk buat pertama kalinya dulu. Renunglah ciri-ciri Rasulullah SAW dan sahabat. Renunglah ciri-ciri Umar dan tenteranya semasa masuk ke bumi Palestin dan ingatlah, selagi kita tidak masuk dengan cara kemasukan yang pertama, perjuangan kita hanya ilusi. Ilusi yang dengan mudah dapat dimusnahkan oleh sebuah realiti.

Ajarlah anak-anak kita siapa musuh mereka. Besarkanlah mereka agar menjadi mukmin sejati. Bersiap sedialah untuk menghantar anak-anak kita ke masa depan mereka yang jauh lebih mencabar. Ramai ibu bapa yang sudah berjaya menukar fitrah kanak-kanak itu sehingga mereka membesar sebagai Yahudi, Nasrani dan Majusi yang sejati. Sudahkah kita membesarkan anak-anak kita menjadi Mukmin yang realiti?

Keluarlah dari ilusi, dan jadilah Mukmin sejati. Kamu sedang disembelih oleh sebuah realiti.

ABU SAIF @ www.saifulislam.com
56000 Cheras, 14 Ogos 2006

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Keistimewaan Isteri Solehah

Rasulullah s.a.w. bersabda:
“Kebahagiaan manusia itu terletak pada tiga perkara, dan kesengsaraanya terletak pada tiga perkara pula. Antara kebahagiaanya ialah memiliki isteri yang solehah.”

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Doa Untuk Pengantin

“Semoga Allah memberi berkat kepadamu dan atas mu dan menyatukan kamu berdua dalam kebaikan.”
(Riwayat Abu Daud)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Tenang Padanya

Allah s.w.t. berfirman: “ Dialah yang menciptakan kamu daripada diri yang satu dan daripadanya Dia menciptakan isterinya, agar dia merasa senang kepadanya.”
(Surah al-A’raf 7:189)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Cinta Itu Anugerah

Rasullulah s.a.w bersabda tentang Sayidatina Khadijah r.a maksudnya:
“Aku telah dianugerahi rasa cinta kepadanya.”

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Sajak Aminah Qutb Buat Bakal Suami

Sekiranya
Kita cinta kepada manusia,
Tak semesatinya manusia cinta kepada kita.
Tetapi sekiranya
Kita cinta kepada Allah,
Nescaya cinta Allah tiada penghujungnya.

Sekiranya
kita cinta kepada manusia,
kita akan cemburu kepada orang yang
mencintai orang yang kita cintai,
Tetapi sekiranya
Kita cinta kepada Allah,
Kita akan turut mencintai orang yang
Melabuhkan cintanya kepada Allah juga.

Ya Allah,
Andainya dia adalah jodoh
Yang ditetapkan oleh-Mu kepadaku,
Maka,
Campakkanlah ke dalam hatiku
Cinta kepadanya adalah kerana-Mu,
Dan campakkanlah ke dalam hatinya
Cinta kepadaku adalah kerana-Mu
Namun,
Andainya dia bukanlah jodoh yang
Ditetapkan oleh-Mu kepadaku
Berikanlah aku kekuatan agar pasrah
Dalam mengharungi ujian,
Yang Kau berikan kepadaku.


Di petik daripada karya asal: Fatimah Syarha Binti Mohd Noordin dalam buku PEMILIK CINTAKU.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Bahana Cinta

Seorang penyair arab berkata:
Pertama kali datang terlihat bak air yang tenang.
Namun ketika seseorang yang bersangkutan menerjuninya,
Tenggelamlah ia di dalamnya, tak tertolong lagi.


Di petik daripada karya asal: Fatimah Syarha Binti Mohd Noordin dalam buku PEMILIK CINTAKU.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Tips Menepis Cinta Remaja

 Tegas dengan prinsip diri.
 Meletakkan misi yang jelas dalam hidup.
 Bersahabat dengan rakan-rakan sejantina yang soleh.
 Mengekang hawa nafsu.
 Mendekati majlis ilmu.
 Menyibukkan diri dengan hobi dan minat yang berfaedah.
 Akrab dengan Allah dalam ibadah dan kehidupan.


Di petik daripada karya asal: Fatimah Syarha Binti Mohd Noordin dalam buku PEMILIK CINTAKU.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Bahaya Cinta Sebelum Kahwin

Pasti kelak diriku ibarat kembu yang ditarik hidung oleh nafsu.
Menyibukkan diri merindui makhluk yang tidak halal bagiku seumpama membuka pintu bagi syaitan menjalankan jarumnya untuk melupakanku kepada-Nya.
Hati akan terseksa dengan barah rindu.
Rindu palsu akan membelenggu minda hingga ia terjajah dan terhina di bawah jajahan syaitan.
Cinta lalai akan menyebabkanku alpa daripada mempersiapkan diriuntuk keperluan dunia dan akhirat.
Aku boleh menjadi tak rasional berfikir jika benar-benar mabuk cinta.
Fitnah cinta ibarat racun yang akan membunuh akal, jiwa dan perasaan.
Jiwaku terganggu dalam menilai mana yang baik, mana yang buruk untuk diriku.
Jika aku dan ia berjaya melangkah kea lam rumah tangga nescaya ia terbina atas dasar maksiat, yang mengundang padah kepada peribadi zuriat kami pastinya.
Nauzubillah


Di petik daripada karya asal: Fatimah Syarha Binti Mohd Noordin dalam buku PEMILIK CINTAKU.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS